AKU TIDAK TAKUT SENDIRI. TUHAN PUN JUGA SENDIRI. DAN DIA MENJADI YANG MAHA KUAT KARENA ITU (SOE HOK GIE)

Sabtu, 12 Maret 2011

ideologi mahasiswa yang jauh dari cita-cita bangsa

Dalam ungkapan seorang penulis perancis, ideologi adalah sebuah kata ajaib yang menciptakan pemikiran dan semangat hidup diantara manusia terutama diantara kaum muda, dan khususnya diantara para cendikiawan atau intelektual dalam masyaraka.[1] Menurut bapak ideologi, Destutt de Tracy Ideologi adalah studi terhadap ide ide atau pemikiran tertentu.sedekit bersinggungan dengan Karl Marx Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Akan tetapi lain halnya dengan Taqiyuddin An-Nabhani, Mabda’ adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Ideologi, secara etimologis berasal dari kata idea (ide, gagasan) dan ology (logos=ilmu). Dalam rumusan De Tracy, ideologi diharapkan menjadi cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan mengkaji serta menemukan hukum-hukum yang melandasi pembentukan serta perkembangan ide-ide dalam masyarakat, sehingga ide-ide tersebut dapat dijelaskan secara rasional.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda’) adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk menyebarkannya.
Sehingga dalam Konteks definisi ideologi inilah tanpa memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai Ideologi dengan padanan dari arti kata Mabda’ dalam konteks bahasa arab.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi (mabda’). Yaitu Kapitalisme, Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme berasal dari buatan akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara’).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam Kitab-nya "Najat", dia berkata:
"Nabi dan penjelas hukum Tuhan serta ideologi jauh lebih dibutuhkan bagi kesinambungan ras manusia, dan bagi pencapaian manusia akan kesempurnaan eksistensi manusiawinya, ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk tapak kakinya, atau hal-hal lain seperti itu, yang paling banter bermanfaat bagi kesinambungan ras manusia, namun tidak perlu sekali."

Pada tanggal 28 Oktober bangsa ini melalui para pemuda telah merintis sebuah kesatuan tekad baru bangsa Indonesia. Tekad akan pentingnya nasionlalisme yang berhasil melahirkan tali persatuan di seantaro Indonesia. Ke-bhineka-an bukan dijadikan sekat untuk bergerak bersama menuntut perubahan maka diperlunya ke-ika-an di antara kita. Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yang merupakan nilai-nilai yang diusung ini melahirkan semangat baru pergerakan rakyat Indonesia. Pergerakan yang melahirkan suatu perubahan linier ke arah modern. Para pemudalah yang mampu melahirkan ini semua.
Pembicaraan tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir semua kalangan masyarakat. Begitu banyaknya forum-forum diskusi yang diadakan, telah menghasilkan pula berbagai tulisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan politik kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan berkembang di tengah masyarakat. Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi, ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat dalam situasi yang demikian itu memang sangat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi pada penguasa. Secara umum, advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup bangsanya.
Para pemuda yang hakikatnya merupakan pikiran dinamis yang selalu bergerak menuntut kita untuk selalu memiliki posisi dan peran aktif dalam perjalanan bangsa ini. Kepekaan sosial yang dimiliki menuntut pemuda untuk selalu dapat memberi untuk lingkungan, melaksanakan tanggung jawabnya sebagai agen perubahan. Kepekaan sosial ini lahir karena ideologi yang menyadarkan akan peran pemuda. Ketika tahun 1928 para pemuda Indonesia berhasil melahirkan suatu gagasan penting karena dilandasi oleh ideologi akan pentingnya nasionalisme maka sekarang ini pentingnya ideologi justru semakin luntur di kalangan pemuda Indonesia. Ideologilah yang menjadi landasan berpijak dan pembentuk mindset seorang karena ia meyakini kebenaran dari substansi ideologinya.
Ketika dulu Soekarno mampu menggetarkan panggung dunia melalui pemikiran dan pidatonya karena dilandasi ideologi yang telah tertanam kuat. Begitu juga ketika mahasiswa berhasil melengserkan Orde Baru karena dilandasi ideologi perjuangan revolusionernya. Akan tetapi sekarang yang mungkin dikarenakan kehidupan cenderung mengarah hedonis serta pragmatis menyebabkan para pemuda kehilangan ideologinya. Terjebak dalam kesenangan individual yang semu sehingga kepekaan sosial menjadi luntur. Ideologi seakan dianggap hal yang sudah tidak penting dan disadari karena terkikis oleh waktu.
Pemuda dan ideologi merupkan kesatuan yang harus dimiliki jika ingin bangsa ini maju. Lunturnya ideologi yang disebabkan gaya hidup menuntut perlu kembalinya kita merujuk akan pendidikan yang dijalani. Ideologi pada dasarnya terbentuk melalui proses belajar yang komprehensif dan kontinu. Pendidikan yang selalu didasarkan pada tri dharmanya yaitu penagjaran, penelitian dan pengabdian masyarakat merujuk mampu membentuk pemuda Indonesia yang paripurna. Akan tetapi jika pendidikan juga telah dicekcoki oleh hedonis, pragmatis bahkan cabang-cabang kapitalis akan sia-sia belaka. Pendidikan harus mampu menjadi media pembentukan pemuda Indonesia yang intelek sesuai dengan karakter bangsa dan pemuda juga harus selalu memaksimalkan proses pendidikan baik itu di keluaraga, sekolah, kampus, ataupun lingkungannya di mana akan dapat melahirkan gagasan baru untuk menyelesaikan setiap permasalahan bangsa.
Pemuda, ideologi dan pendidikan merupakan suatu sistem yang fungsional. Ideologi yang akan mampu menyadarkan peran pemuda setelah sebelumnya ideologi dibentuk melalui pendidikan. Dan pendidikan harus mampu menganalisis dan mengalternatifkan ideologi yang sesuai dengan karakter bangsa ini. Sekarang saatnya kita pemuda untuk kembali mengambil peran dan posisi kita yang telah lama ditinggalkan sebagai agen perubahan melalui perjuangan yang dilandasi ideologi. Persatuan merupakan modal perjuangan kita.
Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat jiwa patriotik yang dapat membius semangat juang lebih radikal. Mereka sedikit pun takkan ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Berbagai senjata ada di tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun pandangan-pandangan mereka dapat diterima. Senjata-senjata itu, antara lain seperti petisi, unjuk rasa, boikot atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa jika dibandingkan dengan intelektual profesional, lebih punya keahlian dan efektif. 
Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap tuntutan maupun selebaran-selebaran yang disebarluaskan dianggap murni pro-rakyat tanpa adanya kepentingan-kepentingan lain mengiringinya. Adanya kedekatan dengan rakyat dan juga kekuatan massif mereka menyebabkan gerakan mahasiswa bisa bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antar mereka yang aktif layaknya bola salju, semakin lama semakin besar. Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987, Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa penggulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan tirani untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik.



Ideologi ISLAM, abadi dan dinamis
"Dan kami tidak mengutusmu kecuali untuk seluruh manusia sebagai pemberi harapan dan ancaman". [QS. Al-Anbiya’ (21): 107]
Islam adalah agama masyarakat dunia. Ia tidak diperuntukkan kepada bangsa manusia tertentu. Ia tidak terbatas pada satu kawasan bumi. Ia diturunkan hanya untuk seluruh umat manusia, di seluruh pelosok dunia. "Ia tidak lain hanyalah dzikr (peringatan) bagi semua alam".[QS. Shaad (37): 87] Islam adalah agama terakhir untuk umat manusia. Mereka tidak akan lagi menerima misi dari langit selain misi Islam, sampai dunia ini menemui hari kehancurannya. Maka itu, nabi Islam adalah khotamul anbiya, nabi terakhir yang diutus Allah swt. "Sesungguhnya Muhammad bukanlah ayah seorangpun dari kalian, tetapi dia adalah rosul Allah dan nabi terakhir".[QS. Al-Ahzab (33): 40]
Islam adalah agama yang peduli pada manusia dengan segenap kapasitasnya; sebagai raga ataupun ruh, sebagai individu, kepala keluarga, ataupun anggota masyarakat, sebagai pengusaha yang mempertahankan dan mencukupi hidupnya, ataupun budak yang tulus pada Tuhannya, sebagai penegak perdamaian di antara sesamanya ataupun pengobar api peperangan. Islam adalah agama yang mengatur dan menata semua aspek kehidupan.Islam dan Realitas Kehidupan
Dalam pada itu, disepakati atau tidak bahwa kehidupan manusia sendiri tidak statis, tidak jumud, tetapi bergerak dan berubah-ubah. Pergerakan dan perubahan ini mencakup seluruh sisi dzahir kehidupan manusia, sisi-sisi fisikal dan hubungan interaktif antarmanusia, serta dialog antarpikiran mereka. Sesungguhnya pergerakan dan perubahan itu pula yang mengantarkan makhluk-makhluk hidup dan aspek-aspek dzahir kehidupan mereka kepada kemajuan pada suatu saat, dan kepada kemunduran pada saat lain.
Dengan demikian, kalau benar Islam ini agama global yang memperdulikan kehidupan manusia dengan segenap aspeknya, tentunya ia harus menunjukkan sikap yang jelas dan tegas terhadap setiap perubahan yang mengarah pada kemajuan ataupun pada kemunduran. Jadi, permasalahanya cukup jelas, apakah sikap Islam?
Sekali lagi, Islam adalah agama terakhir umat manusia. Maka, ia abadi selama ada manusia yang tersisa di muka bumi ini. Kendati demikian, keabadian Islam tidak berarti bahwa agama ini selalunya mengambil sikap pasif atau negatif terhadap setiap perubahan yang terjadi pada umat manusia dan aspek-aspek kehidupannya. Islam bahkan berperan aktif dan positif di dalam semua itu. Islam akan menampung dan mengembangkan sekup dan skalanya jika perubahan itu benar-benar membantu manusia dan hidupnya untuk kemajuan dan pencerahannya. Begitu pula, Islam akan menolak dan melawan segala arus perubahan yang benar-benar memisahkan manusia dari tujuan-tujuan luhur yang dikehendaki oleh Allah swt untuknya.
Maka, Islam tidak membekukan kehidupan manusia dari segala bentuk, jalur, dan caranya, selama tidak melampaui batas-batas tertentu. Bahkan, ia memberikan kesempatan luas kepada manusia untuk melangsungkan pengembangan, pembangunan dan kemajuan.
Dengan demikian, Islam ialah agama sepanjang jaman dan dinamis; Ia abadi dan utuh dalam prinsip-prinsip dan hukum-hukumnya yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan hadis yang otentik, ia dinamis dalam hukum-hukum tsanawiyyah (sekunder), yaitu hukum agama yang di dalamnya otoritas hukum (musyarri') tidak menetapkan atas kita bentuk dan modus tertentu, juga (dinamis) dalam subjek-subjek yang mempunyai hukum umum yang mencakup segala macam bentuk suatu kasus





[1] Ali Shariati.TUGAS CENDIKIAWAN MUSLIM.P.T raja grafindo persad.Jakarta.1994.hal 191